Pentingnya Sistem Pondok Pesantren pada Pendidikan

Kebumen- Pascasarjana IAINU Kebumen adakan kegiatan “Pulic Lecture” bertajuk “Pesantren dan Kosmopolitanisme”, kalah Selasa (8/5). Kegiatan yang berlangsung di Gedung Lantai II Pascasarjana ini berisikan narasumber penulis buku-buku Pesantren dan ke NU-an, Ahmad Baso. “Kuliah Umum” ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Pascasarjana saja, akan tetapi juga dari mahasiswa S1. Dalam kesempatan tersebut, Mantan Komisioner Komisi Nasional HAM periode 2007-2012 ini, menyampaikan “Dilihat dari sistem pendidikan di Indonesia saat ini, kiranya belum mampu mengantarkan peserta didik mencapai hakikat tujuan pendidikan yang dicita-citakan oleh bangsa. Sistem pendidikan nasional Indonesia masih mengeluarkan sistem pendidikan untuk Negara Maju dengan beban pada ranah kognitif ”. Tentu saja itu beralasan, karena faktanya banyak orang berpendidikan tinggi tapi tak bermoral. Demikian pula banyak orang pintar tapi tidak benar. Tak sedikit contoh kasus yang terhidang setiap hari, mulai dari tindak asusila sampai praktik korupsi, baik berskala kecil maupun skala besar. Hal tersebut tentu memprihatinkan, karena penemuan pada Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal tiga, Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa untuk menjembatani adanya fragmentasi tersebut, diperlukan untuk sistem yang baru saja digunakan saat ini. Sistem pendidikan yang dilakukan oleh para tokoh pendidikan nasional. Budi Utomo selaku Bapak Pendidikan bangsa digadang-gadangnya sebagai tokoh penyusun sistem pendidikan nasional yang paripurna. Sistem pendidikan itu adalah sistem yang berbasis pesantren. Sistem berbasis pesantren ini dipercayainya lebih dapat memberikan pendidikan kepada peserta didik secara lengkap. Kesadaran untuk berpendidikan di kalangan masyarakat NU, baik di perguruan tinggi agama maupun umum, setelah bergelut dengan kekuatan tradisi keislaman klasik di pondok pesantren akan menjadi seperti yang apik dalam berbagai karakter masing-masing generasi muda Indonesia. ”Paduan akar keislaman klasik dengan ilmu sosial produk perguruan tinggi akan menghasilkan generasi dengan kadar yang tidak mungkin dikeluarkan oleh kelompok-kelompok Islam lain di Indonesia” Ujarnya secara tegas. Terkait Standar Isi Pendidikan, beliau mengajukan wacana agar lembaga dan tugas pemerintah yang digunakan untuk pendidikan. Jawi, Pegon dan Hanacaraka ke dalam kurikulum pendidikan. Menurutnya, hanya dengan cara itu pelajar madrasah dan mahasiswa perguruan tinggi umum dan islam khususnya, akan dapat kembali membiasakan diri dalam mengenal khazanah keilmuan Islam di luar buku-buku referensi beraksara Latin.
Di akhir sambutannya, intelektual NU ini melayani beban pesantren untuk mengikuti sistem pesantren di Indonesia. Selain itu, hanya generasi yang kuat, tetapi juga kuat spiritualnya, kuat akhlak dan kuat bertahan di era hantam demi era yang senantiasa berubah.

Red. Siti Chaizatul M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *